Mosul, Irak: Kota Tua yang Hancur di Bawah Kekuasaan ISIS

Kota Mosul di Irak pernah berjaya sebagai pusat perdagangan, budaya, dan peradaban kuno yang dikenal luas di dunia. Namun, sejak 2014, nama Mosul berubah makna menjadi simbol kehancuran akibat kekuasaan kelompok teroris ISIS. Dalam waktu singkat, mereka menghancurkan kehidupan sosial, ekonomi, dan warisan budaya yang telah berusia ribuan tahun. Artikel ini menyajikan gambaran lengkap tentang kehancuran Mosul dan bagaimana kota ini menjadi salah satu berita sejarah paling tragis abad ini.

Kejayaan Mosul Sebelum Konflik

Mosul - Wikipedia

Sebelum perang dan kekacauan, Mosul dikenal sebagai kota modern yang kaya budaya dan sejarah. Terletak di utara Irak, kota ini menjadi jalur dagang penting sejak era Mesopotamia. Universitas, museum, masjid kuno, dan pasar-pasar tradisional menghiasi wajah kota setiap harinya. Masyarakat hidup damai dan heterogen dengan latar belakang agama dan etnis yang beragam. Bahkan, banyak sejarawan menyebut Mosul sebagai jantung budaya Irak yang tak ternilai harganya.

Invasi ISIS dan Awal Kehancuran

Kota kuno Mosul di Irak, tempat warga Muslim dan Kristen bersama-sama  bangun masjid, gereja yang hancur di tangan ISIS - BBC News Indonesia

Segalanya berubah drastis saat ISIS menyerbu Mosul pada Juni 2014 dengan kekuatan militer yang terorganisir. Mereka berhasil menguasai kota hanya dalam waktu beberapa hari tanpa perlawanan berarti. Pemerintah Irak dan pasukan militernya mundur, meninggalkan penduduk dalam ketakutan. ISIS langsung memberlakukan aturan ekstrem yang menekan semua aspek kehidupan warga sipil. Kelompok ini menghancurkan kantor pemerintah, sekolah, dan fasilitas umum tanpa ragu. Kekuasaan brutal mereka memunculkan salah satu berita sejarah paling mengerikan dari Timur Tengah.

Kehidupan Warga di Bawah Bayang Teror

Tetap Fokus Rebut Kota Tua Mosul - Jawa Pos

Setelah menguasai kota, ISIS menerapkan hukum syariah versi ekstrem yang penuh kekerasan dan ancaman. Mereka melarang musik, film, buku modern, bahkan pakaian tertentu yang dianggap tidak Islami. Perempuan tidak boleh keluar rumah tanpa pengawasan keluarga laki-laki. Anak-anak wajib mengikuti pendidikan propaganda yang menghapus pelajaran sains dan sejarah. Warga yang menolak aturan langsung dihukum secara kejam di depan umum. Suasana takut dan teror menyelimuti setiap sudut Mosul selama tiga tahun penuh penderitaan.

Penghancuran Warisan Sejarah Dunia

UNESCO's socio-architectural reconstruction project for Mosul (Iraq)

Selain menyerang warga, ISIS juga menghancurkan banyak situs sejarah kuno yang bernilai dunia. Mereka meledakkan Masjid al-Nuri, tempat penting dalam sejarah Islam di Irak. Tak hanya menyiksa warga, ISIS juga menyerang kebudayaan kota. Patung, manuskrip kuno, dan bangunan pra-Islam dirusak atau dijual ke pasar gelap. Lebih tragis lagi, Museum Mosul yang menyimpan artefak Mesopotamia dihancurkan dalam satu hari.UNESCO mengecam tindakan ini sebagai serangan terhadap warisan umat manusia. Tragedi ini menambah daftar panjang berita sejarah kelam tentang kehancuran kebudayaan oleh ideologi ekstrem.

Perlawanan Rakyat dan Harapan Pembebasan

Meskipun hidup dalam ketakutan, sebagian warga Mosul membentuk jaringan bawah tanah untuk melawan ISIS. Mereka menyelamatkan buku, lukisan, dan anak-anak dari doktrinasi ekstremis. Beberapa penduduk juga membantu pasukan koalisi dengan informasi rahasia mengenai posisi militan. Perlawanan ini meski kecil, menunjukkan bahwa semangat rakyat tidak sepenuhnya padam. Mereka tetap percaya bahwa suatu hari kebebasan akan kembali datang.

Operasi Pembebasan Mosul

Pada Oktober 2016, pasukan Irak memulai operasi besar untuk merebut kembali Mosul dari tangan ISIS. Koalisi internasional, termasuk Amerika Serikat, memberikan dukungan udara dan logistik. Pertempuran berlangsung selama sembilan bulan dengan korban yang sangat besar di kedua pihak. Serangan darat dan udara mengubah banyak kawasan menjadi puing dan debu. Namun, setelah pertempuran sengit, pasukan Irak berhasil membebaskan kota pada Juli 2017. Kemenangan ini disambut dengan sorak dan tangis haru dari warga yang selamat.

Kota Bebas Tapi Tak Lagi Sama

Meskipun pembebasan membawa harapan baru, Mosul telah berubah menjadi kota hantu yang penuh reruntuhan. Ribuan bangunan runtuh, jalan-jalan berlubang, dan jaringan air bersih rusak total. Banyak keluarga kehilangan tempat tinggal dan anggota keluarga yang gugur dalam peperangan. Anak-anak harus hidup dalam trauma dan ketakutan akibat kekerasan yang mereka saksikan. Proses rehabilitasi membutuhkan waktu panjang, dana besar, dan kerja sama internasional. Sayangnya, perhatian dunia mulai berkurang setelah sorotan media bergeser ke konflik baru.

Upaya Rekonstruksi dan Tantangannya

Pemerintah Irak mulai membangun kembali kota dengan bantuan PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan. Beberapa sekolah dan rumah sakit telah dibuka kembali untuk masyarakat. Namun, tantangan besar terus menghadang, terutama dalam hal keamanan dan ekonomi lokal. Banyak wilayah masih belum sepenuhnya bebas dari ranjau dan sisa-sisa bom yang membahayakan. Pemulihan psikologis masyarakat juga membutuhkan pendampingan intensif dari berbagai lembaga sosial. Semua ini memperlihatkan bahwa rekonstruksi Mosul bukan sekadar pembangunan fisik, tetapi juga penyembuhan batin massal.

Peran Dunia dalam Mengawal Perdamaian

Komunitas internasional memiliki peran penting dalam memastikan Mosul tidak kembali terjerumus ke dalam kekacauan. Banyak lembaga dunia mendesak Irak menjaga stabilitas, hak asasi manusia, dan rekonsiliasi antar kelompok. Dunia perlu terus memperhatikan Mosul dan tidak membiarkannya tenggelam dalam lupa. Tragedi ini bukan hanya luka Irak, tetapi juga catatan penting dalam lembar berita sejarah global. Kita tidak boleh membiarkan kekerasan menghancurkan peradaban manusia seperti yang terjadi di Mosul.

Harapan dari Generasi Baru

Anak-anak muda di Mosul kini membawa harapan baru untuk masa depan yang lebih baik. Mereka mulai menulis, membuat film dokumenter, dan membangun komunitas belajar. Semangat ini mencerminkan kebangkitan moral di tengah kehancuran fisik. Mereka ingin dunia mengenal Mosul bukan hanya karena ISIS, tapi juga karena harapan dan kekuatannya. Generasi ini berusaha membalik lembaran sejarah yang pernah menghitamkan kota mereka. Dengan semangat ini, Mosul perlahan kembali berdiri dan menginspirasi dunia.